Terkadang Jujur itu Menyakitkan
Pemerintah saat ini sedang gencar-gencarnya memperbaiki
kurikulum dalam pendidikan yang melahirkan Kurikulum 2013. Dari penelitian yang
dilakukan paling banyak masalah yang harus diperhatikan oleh bangsa ini adalah
mulai lunturnya karaker pancasila pada anak, dari permasalahan tersebut
dibuatkanlah kurikulum 2013 yang lebih menekankan pada pendidikan karakter
anak.
Dulu ketika saya ulangan sejarah, guru saya selalu menekankan
untuk tidak mencontek atau berperilaku jujur karena dalam kurikulum 2013 lebih
mementingkan keberhasilan psikomotor dibandingkan kognitif. Guru saya pun
mengatakan “ibu akan lebih menghargai kalian yang lebih jujur dibandingkan
dengan yang menyontek dan nilai pun juga akan berbeda ”, kami pun lebih terpacu
untuk berperilaku jujur tapi tetap saja sebagian dari kami ada yang melakukan
tindakan menyotek, Adapun teman saya yang sudah menyontek ketika ulangan namun
dia berkata jujur bahwa dia menyontek. Singkat cerita nilai kami keluar, banyak
siswa jujur yang mendapatkan nilai yang
tidak terlalu besar namun ada juga siswa tidak jujur yang mendapatkan nilai
yang tergolong sangat bagus. Anehnya kenapa siswa yang sudah diketahui
menyontek tapi tetap mendapatkan nilai yang lebih baik dan siswa yang jujur
tidak mendapat apresiasi karena telah berusaha untuk jujur. Kami pun meminta penjelasan kepada guru yang
bersangkutan, tapi jawaban sang guru selalu tidak dapat memuaskan kami sampai
kami mulai sudah malas menanyakannya.
Dari pengalaman diatas dapat disimpulkan bahwa sikap jujur
terkadang tidak benar-benar dihargai oleh beberapa orang. Sempat saya kecewa
dan berfikir untuk apa jujur tapi ngga dihargai sama sekali, namun sejalan
dengan beriringnya waktu dan berubahnya pola pikir membuat saya sadar bahwa
untuk jujur tidak perlu melihat orang lain, cukup dengan kesadaran bahwa jujur
adalah bagian kebutuhan dari hidup.
Komentar
Posting Komentar